Sunday, November 06, 2011

Diskusi Jumat Mendung

Jumat lalu Depok adem pake banget. Mataharinya nggak sembilan, kayak biasanya. Alhamdulillah. :)


Setelah menghadiri dua rapat, saya dan beberapa teman (Ara, Aje, Bundo, Sarput, Jupe, Marsha) ngobrol ngalor-ngidul tentang pasangan hidup. Ah kan, memang khas topik usia awal dua puluhan. Haha.

Rapat terakhir di Klaster. Hanya sekitar satu jam dan lebih tepat dibilang sharing, lalu saya dan beberapa orang teman yang masih tinggal terlibat dalam obrolan seru. Obrolan ngalor-ngidul yang sudah dibuka oleh macam-macam topik akhirnya belok ke masalah hati. Kemarin sempat disinggung mitos "perempuan baik untuk laki-laki baik". Saya pribadi masih percaya pada mitos itu. Ara dan Sarput juga percaya mitos tersebut, FYI Ara satu-satunya laki-laki yang ikut quality time dadakan. Jadi menurut Ara, perempuan itu memang seharusnya mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari si perempuan itu sendiri. Kenapa? Karena nantinya si laki-laki akan jadi imam bagi si perempuan. Nah, berat ya kalau sudah bahas imam-imaman segala~

Saya sendiri suka kepo-in laki-laki yang sedang saya suka dan terkadang sampai menemukan fakta yang membuat laki-laki itu memiliki lebih banyak kekuasaan atas perasaan saya. Kalau kejadiannya seperti itu, saya suka berpikir apa saya pantas untuk laki-laki yang (misalnya hasil kepo-an menunjukkan) sangat sabar. Karena saya masih punya kepercayaan itu, saya nggak mandeg untuk membenahi diri. Semoga saja ada hasilnya. Amin.

Lalu Aje nyeletuk, katanya "Gila man, gue belom pernah suka sama orang sampe mikirin gue pantes atau nggak buat dia. Kalo kemungkinan gue bakal ngelakuin apa aja buat itu cowok sih ada, tapi gue nggak pernah mikir apa gue layak buat cowok itu atau nggak. Itu berarti lo udah ngerasain yang namanya emotional love, man!" Emang iya itu namanya emotional love? Wah, saya baru tahu. Selama ini karena saya percaya mitos "perempuan baik untuk laki-laki baik" makanya saya selalu terjebak dalam perasaan pantas atau tidak pantas. Saat perjalanan pulang, diskusi lanjut di mobil Sarput. Katanya, "bukan masalah pantes atau nggak pantes, To. Dia-nya mau/nggak sama kita?" Nah, iya benar juga. Hahaha.


Mitos kedua adalah "perempuan itu menunggu, biar laki-laki yang bikin move duluan". Sebenarnya saya nggak 100% setuju tapi toh empirisnya 70% saya praktekkan. Hahaha. Konon katanya kalau laki-laki jatuh cinta sama seorang perempuan, dia akan melakukan apa pun supaya mendapatkan hati perempuan itu. Ah sayang sekali kamu tidak seperti itu ke saya. Kalau tidak salah, hampir semua perempuan yang ikut di sesi galau massal itu mengamini tapi tentu saja dengan takaran tunggu masing-masing. Lalu ngomong-ngomong harus menunggu, ujung-ujungnya pasti bawa-bawa sabar. Nah, ini yang sulit. Banget. Sabar itu tidak harus melulu berdiam diri, motionless. Tapi seperti yang tadi sudah saya bilang, saya masih percaya mitos "laki-laki yang bikin move duluan". Labil.


Barusan saya bbm-an dengan seorang teman yang hari Sabtu (12 november 2011) nanti akan menikah. Saya bilang kalau sedang suka sama seseorang, lalu dia tanya "sampai kapan mau mendam itu perasaan?" Lalu saya jawab, "sampai dikasih jalan sama Tuhan, entah itu buat sama dia atau sama yang lain hahaha." Kelihatannya saja saya bisa tertawa. Ini di dalam hati ketar-ketir, sebenarnya. Lalu dia balas, "semoga jodoh ya sama laki-laki itu. Wahai teman, semoga kamu bahagia sama calon suamimu itu dan saya bahagia (semoga) sama dia. Amin. :)


Sekarang saya sedang mendengarkan album Kahitna yang Lebih dari Sekedar Cantik. Semua lagunya saya suka. Liriknya sangat tepat sasaran. Pati tahu 'kan maksud saya? :) Kalau ada umur, jodoh, dan rizki, saya ingin sekali lagu Mentariku dimainkan saat resepsi pernikahan saya. Nanti. Insya Allah. Masih beberapa tahun lagi. Belum juga dapat S.Hum dan beli Balenciaga sendiri :"""
"Tuhan izinkan aku; dekatkan diri dan hatinya padaku." -Lebih dari Sekedar Cantik, Kahitna




-S 

No comments:

Post a Comment

  Photo by Photos Hobby via Unsplash Old wounds are not worth revisiting. -S