Saya hanya penikmat film. Bukan orang yang ahli menilai film. Pelajaran Pengkajian Sinema Prancis yang pernah saya ambil menguap begitu saja bak peluh di bawah matahari kota Depok. Saya tidak membaca buku teori film seperti beberapa teman saya yang sangat menyukai film. Saya hanya suka menginterpretasikan karya dari sutradara (atau pun pengarang). Saya hanya memanfaatkan "the death of the author" Barthes dengan baik. :)
Ini film Lars von Trier pertama yang saya tonton. Delapan menit pertama saya nyaris lupa bernafas. Sungguh lupa. Tidak dibuat-buat. Saya bengong melihat indahnya komposisi warna di tiap gambar yang disuguhkan. Saya kagum dengan adegan slow motion di delapan menit pertama tersebut. Luar biasa indah sekali.
Melancholia bukan tipe film yang dapat dipahami dalam sekali tonton. Tentu saja yang saya maksud 'tonton' di sini adalah dilihat dan dipahami. Melancholia terdiri dari dua bagian. Bagian pertama menceritakan Justin (Drew Barrymore) yang mengidap melancholia (gangguan terhadap mood seseorang disebabkan oleh depresi) dan bagian kedua menceritakan Clair (Charlotte Gainsbourg) yang mempercayai bahwa suatu saat planet Melancholia akan menabrak bumi.
Film ini bercerita tentang ketakutan. Justin takut dengan kehidupannya setelah menikah dengan Michael (Alexander Skarsgård). Kedua orang tua Justin bercerai; ibunya memberikan speech pada saat resepsi bahwa ia tidak percaya institusi pernikahan sedangkan ayahnya berpoligini. Terpengaruh oleh kata-kata ibunya, Justin menjadi murung selama resepsi. Ditambah lagi bosnya mengenalkan Justin pada seorang pegawai baru yang dinilai kompeten untuk bekerja di perusahaanya. Dari ekspresi Justin pada gambar yang ditayangkan, saya melihat bahwa Justin merasa cemas akan nasibnya di masa depan; pernikahan dan karir.
Clair. Ibu satu anak. Istri seorang astronom, John (Kiefer Sutherland). Ia percaya bahwa planet Melancholia akan berada dalam jarak terdekatnya dengan bumi dan menghantam bumi; akhir kehidupan. Pada waktu yang telah diperkirakan John bahwa Melancholia akan berada pada jarak terdekat dengan bumi, mereka bersama-sama menyaksikan Melancholia mendekat; John berhasil meyakinkan Clair bahwa Melancholia tidak akan menabrak bumi. Sungguh sayang John melakukan kesalahan, Melancholia semakin lama semakin mendekat. John bunuh diri. Clair dan anaknya mencoba melarikan diri dari kenyataan di hadapannya. Sadar pelariannya tidak berguna, Clair kembali ke kastil; pasrah menghadapi hantaman Melancholia.
Punya rasa takut itu wajar. Apa lagi takut sama masa depan. Tapi menurut saya, masa depan itu tentatif. Segala sesuatunya masih bisa diusahakan. Kita masih bisa memproyeksikan visi kita ke realita. Dengan kerja keras, tentu saja. Untuk urusan kiamat, saya kembalikan lagi pada apa yang kalian percayai. Urusan macam itu saya tidak mau intervensi. Sila bilang saya malas debat. Saya hanya tidak mau mencampuri urusan individu dan keyakinannya. :)
Film ini bercerita tentang ketakutan. Justin takut dengan kehidupannya setelah menikah dengan Michael (Alexander Skarsgård). Kedua orang tua Justin bercerai; ibunya memberikan speech pada saat resepsi bahwa ia tidak percaya institusi pernikahan sedangkan ayahnya berpoligini. Terpengaruh oleh kata-kata ibunya, Justin menjadi murung selama resepsi. Ditambah lagi bosnya mengenalkan Justin pada seorang pegawai baru yang dinilai kompeten untuk bekerja di perusahaanya. Dari ekspresi Justin pada gambar yang ditayangkan, saya melihat bahwa Justin merasa cemas akan nasibnya di masa depan; pernikahan dan karir.
Clair. Ibu satu anak. Istri seorang astronom, John (Kiefer Sutherland). Ia percaya bahwa planet Melancholia akan berada dalam jarak terdekatnya dengan bumi dan menghantam bumi; akhir kehidupan. Pada waktu yang telah diperkirakan John bahwa Melancholia akan berada pada jarak terdekat dengan bumi, mereka bersama-sama menyaksikan Melancholia mendekat; John berhasil meyakinkan Clair bahwa Melancholia tidak akan menabrak bumi. Sungguh sayang John melakukan kesalahan, Melancholia semakin lama semakin mendekat. John bunuh diri. Clair dan anaknya mencoba melarikan diri dari kenyataan di hadapannya. Sadar pelariannya tidak berguna, Clair kembali ke kastil; pasrah menghadapi hantaman Melancholia.
Punya rasa takut itu wajar. Apa lagi takut sama masa depan. Tapi menurut saya, masa depan itu tentatif. Segala sesuatunya masih bisa diusahakan. Kita masih bisa memproyeksikan visi kita ke realita. Dengan kerja keras, tentu saja. Untuk urusan kiamat, saya kembalikan lagi pada apa yang kalian percayai. Urusan macam itu saya tidak mau intervensi. Sila bilang saya malas debat. Saya hanya tidak mau mencampuri urusan individu dan keyakinannya. :)
-S
No comments:
Post a Comment