Maaf karena sudah menerlantarkanmu selama kurang lebih tiga bulan. Sebagai mahasiswa tingkat akhir, masa studi saya sudah tiba di hilir. Semester lalu saya begadang, putar otak, cari wangsit sampai sembelit hanya untuk untuk lulus mata kuliah yang akan mementukan nasib di tahun terakhir.
Kali ini saya mau cerita. Tentang hasrat, mimpi, dan memori yang sudah lama mati suri.
Sewaktu kecil saya suka menulis tetapi sekarang kesukaan saya yang satu itu sudah sangat jarang dilakukan. Kenapa? Entahlah. Mungkin karena kesibukan akademis dan non-akademis saya. Dua kegiatan itu terkadang sangat menyita waktu sehingga waktu luang saya biasanya digunakan untuk tidur.
Dulu saya banyak membaca novel. Saya juga rajin mencoba menulis novel. Semasa sekolah dulu saya banyak membaca teen-lit dan chic-lit. Beranjak ke SMA dan kuliah saya mulai membaca semi literatur, roman, dlsb. Saya ingat sewaktu SD saya suka menulis cerita pendek. Sebagian besar tema cerpen saya tetang kisah cinta puteri dan pangeran. Cerpen-cerpen itu saya tulis dengan tulisan tangam. Kalau tidak salah saya punya 2-3 buku yang berisi cerpen saya. Sayangnya buku-buku itu entah di mana rimbanya.
Duduk di bangku SMP dan SMA saya kadang-kadang masih suka menulis. Saya menulis cerita picisan. Tokohnya biasanya remaja. Sungguh sayang tidak ada satu pun cerita-cerita saya yang "jadi". Kenapa? Saya selalu membaca ulang cerita saya sebelum benar-benar selesai dan selalu tidak puas dengan hasilnya.
Meskipun saya sudah jarang menulis, saya masih ingin menjadi seorang penulis. Ya. Itu salah satu hasrat, mimpi dan memori saya sejak kecil.
Salah satu? Lantas yang lain apa? Menari tradisional. Ya. Dulu saya suka menari. Kebanyakan tarian kreasi. Saya pun sudah lupa pakah saya pernah menarikan tarian tradisional atau belum. Yang jelas kisah karir menari dan menulis saya tidak jauh berbeda. Terpaksa dimatisurikan karena ada tuntutan peran dan kewajiban baru.
Kemarin seharian saya di kamar membaca novel Perahu Kertas karya Dee. Tersentil. Saya sangat amat tersentil dengan ceritanya. Cerita kedua tokoh utama yang masih setia memenuhi hasrat dan mewujudkan mimpi mereka; menjadi pelukis dan juru dongeng. Di buku itu ada saat yang saya sebut sebagai mati suri. Saat kedua tokoh berhadapan dengan realitas; saat Keenan vacuum melukis dan Kugy sibuk sebagai copywriter. Itu mati suri mereka, tapi mereka bangkit lagi. Melukis dan membuat dongeng akhirnya belum ditahbiskan sebagai memori ketika mereka sudah memiliki karir yang katanya realistis.
Saya berdoa. Semoga sekarang lah saatnya mati suri mimpi-mimpi dan hasrat-hasrat saya disudahi. Saya ingin sekali menghidupkan mereka kembali. Saya ingin menulis lagi. Saya ingin menari (kali ini tarian tradisional) lagi. Saya ingin mimpi-mimpi saya hidup. Saya ingin hasrat-hasrat saya terpuaskan. Saya ingin memori-memori saya diproyeksikan di kehidupan saya sekarang.
S
No comments:
Post a Comment