Entah kenapa akhir-akhir ini saya terlalu sensitif sampai-sampai hal-hal linguistis pun dibridgingkan ke masalah hati. Kali ini korbannya adalah kolokasi. Pernah dengar? Anak sastra pasti sudah nggak asing lagi dengan istilah ini. Menurut kateglo, artinya seperti ini:
ko·lo·ka·si n Ling asosiasi tetap antara kata dan kata lain dl lingkungan yg sama; ber·ko·lo·ka·si v mempunyai tautan padu
Misalnya begini, kita akan membuat kalimat yang pesannya adalah "pahlawan meninggal". Kalimat "pahlawan meninggal" tidak salah tapi dari segi rasa, kata "meninggal" kurang cocok jika disandingkan dengan "pahlawan". Untuk menggantikan kata "meninggal" kita memiliki daftar kata lain yang masih dalam lingkungan yang sama yaitu, "wafat", "berpulang" "mangkat", "gugur", "tewas", "binasa", dll. Lazimnya kata "pahlawan" disandingkan dengan kata "gugur". Mengapa gugur? Karena gugur berarti,
gu·gur v 3 mati dl pertempuran: dua orang prajurit -- dl pertempuran itu;lebih cocok, 'kan? Mungkin karena "gugur" bisa menguatkan dan memberi nilai rasa tambahan pada kata "pahlawan".
Hah. Mari belokkan ke masalah hati. Saya harap, (hati) saya berkolokasi dengan kamu.
Begini. Ibaratkan hati itu sebuah kata; maknanya tidak cukup dijelaskan dalam ratusan lembar kertas atau satu seri ensiklopedi. Hati punya daftar kolokasi. Kalau 'hati kamu' dikolokasinkan dengan sederet 'hati lain', kelihatannya sih bakal manis. Tapi hati saya seperti teriris? :'(
Ganti ya. Hati saya yang sekarang jadi subyek, kasihan kalau terus-terusan diobyekkan.
'Hati saya' dikolokasikan dengan 'hati lain'. Mungkin si 'hati lain' ini jika berdiri sendiri, dari segi rasa, maknanya lebih rendah atau bisa jadi lebih tinggi dari pada 'hati kamu' tapi saya prefer 'hati kamu'. Kenapa? Nggak tahu. Saya maunya kamu. Eh, 'hati kamu'. Ya, kamunya juga sih :""" Sama kayak "pahlawan" yang berkolokasi dengan "gugur". Oh. Mungkin karena makna 'hati kamu' itu bisa memberi nilai rasa tambahan ya, untuk 'hati saya'? Bisa jadi, sih.
Saya nggak peduli kalau kita nggak berkolokasi sekarang (baca: akhir 2011 - awal 2012, sialan sih pake deadline). Saya maunya kamu sadar kalau 'hati saya' adalah kolokasi yang tepat untuk 'hati kamu'. Saya maunya kebertautan kita saling memperkuat makna masing-masing. Saya maunya orang-orang punya aspek kognitif 'hati kamu' begitu 'hati saya' disebut.
Saya kebanyakan mau, ya? Biar. Kan subyeknya 'hati saya'. Toh, saya tidak tahu apa yang dimaui 'hati kamu'. Saya nggak egois. Saya bisa diajak nego kok tentang maunya 'hati saya' dan 'hati kamu', Tapi kalau kamu nego untuk nggak berkolokasi sama 'hati saya', mau nggak mau saya belajar nrimo (lagi).
Tapi saya maunya kamu. Eh. 'HATI KAMU'.
-S
No comments:
Post a Comment