Sejak satu posting lalu, tulisan di blog ini dibuat oleh seorang buruh kapitalis, yang dulu pernah menjadi mahasiswi di salah satu universitas paling top negeri ini. Sekarang sudah tidak ada lagi mahasiswi. Si mahasiswi kini telah menggadai namanya dengan 6 digit kode kepada sebuah perusahaan swasta milik asing.
Bukan. Bukan si buruh tidak menikmati bekerja di perusahaan itu. Si buruh senang bisa bersosialisasi dengan lingkungan baru, sebelas duabelas dengan hobinya semasa kuliah dulu. Bukan pula si buruh tidak bersyukur. Si buruh bersyukur sekali setelah mengalami beberapa kali wawancara dan psikotes untuk mendapat posisi buruh kapitalis yang ternyata sulit.
Si buruh takut. Takut otaknya mati. Tidak bisa berpikir kritis lagi. Lebih parah, sama sekali tidak bisa berpikir lagi. Si buruh takut suaranya dibeli. Takut ia tidak bisa bersuara lagi lantaran pikiran dan polah tingkahnya dibatasi aturan korporasi. Si buruh takut dirinya tidak peka lagi. Takut akan hilangnya nilai-nilai sosial yang sudah terpatri.
Si buruh sekarang berjuang sendiri supaya otaknya tidak mati. Tidak menjadi otak-otak malas yang selalu ambil jalan pintas. Si buruh sedang dalam pelatihan mandiri supaya otaknya sakau pengetahuan.
Si buruh ingin kuliah lagi. Sudah direstui dan ditawari dimodali asal kuliah di alma mater yang sama. Sedang si buruh inginnya melanjutkan magister ke luar negeri dengan beasiswa. Memang banyak mau. Biar buruh, sini kan juga manusia hahahaha Entah kapan si buruh mencukupkan kerjanya dan mengejar inginnya. Semoga disegerakan.
Di dalam hati si buruh ingin bekerja untuk LSM yang mengangkat isu perempuan. Si buruh menganggap perempuan-perempuan di negerinya harus diberi pengetahuan lebih tentang kesetaraan, hak, dan lain sebagainya. Si buruh ingin melanjutkan studinya di jurusan Women's, Gender, and Sexuality Studies. Ada beasiswa untuk itu, tetapi si buruh tidak yakin bisa dapat satu. Jauh dalam hati, si buruh ingin bekerja di UN Women. Sungguh, si buruh pun rela ditugaskan di Ghana, Kenya, Zambia, dan ataupun di negrara-negara yang hak-hak perempuannya sungguh tidak ada.
Semoga si buruh bisa menghidupi pekerjaan impiannya yang mulia. Amin.
Si buruh ingin kuliah lagi. Sudah direstui dan ditawari dimodali asal kuliah di alma mater yang sama. Sedang si buruh inginnya melanjutkan magister ke luar negeri dengan beasiswa. Memang banyak mau. Biar buruh, sini kan juga manusia hahahaha Entah kapan si buruh mencukupkan kerjanya dan mengejar inginnya. Semoga disegerakan.
Di dalam hati si buruh ingin bekerja untuk LSM yang mengangkat isu perempuan. Si buruh menganggap perempuan-perempuan di negerinya harus diberi pengetahuan lebih tentang kesetaraan, hak, dan lain sebagainya. Si buruh ingin melanjutkan studinya di jurusan Women's, Gender, and Sexuality Studies. Ada beasiswa untuk itu, tetapi si buruh tidak yakin bisa dapat satu. Jauh dalam hati, si buruh ingin bekerja di UN Women. Sungguh, si buruh pun rela ditugaskan di Ghana, Kenya, Zambia, dan ataupun di negrara-negara yang hak-hak perempuannya sungguh tidak ada.
Semoga si buruh bisa menghidupi pekerjaan impiannya yang mulia. Amin.
-S
No comments:
Post a Comment